Daritabel di atas nampak bahwa sejak triwulan akhir tahun 2005 sampai dengan tahun 2008, pemerintah telah mengeluarkan dana BOS yang dampaknya diharapkan bisa membantu meringankan beban pendidikan bagi anak dari keluarga miskin ini tidak kurang dari Rp. ,-, disamping juga membantu meringankan beban pendidikan bagi anak lainnya
mGFJf. Kebanyakan orang cenderung mengartikan lingkungan secara sempit, seolah-olah lingkungan hanyalah alam sekitar di luar diri manusia atau individu. Padahal, lingkungan tidak terbatas pada hal konkret yang terdapat di sekitar kita. Bentuk lingkungan dapat berupa hal yang nonfisik bahkan abstrak berupa ide gagasan yang tidak konkret. Contohnya, suasana kehidupan di suatu tempat adalah lingkungan, nilai dan norma masyarakat adalah lingkungan, kebudayaan, dan ilmu pengetahuan merupakan lingkungan. Lingkungan merupakan segala hal yang mampu merangsang seseorang sehingga mengalami perubahan atau perkembangan tingkah laku. Pengaruhnya sendiri sangatlah kuat namun seseorang yang terpengaruhi bisa jadi tidak menyadarinya sama sekali. Pernyataan tersebut menunjukkan betapa krusialnya lingkungan terhadap perubahan dan perkembangan seseorang yang menjadi hakikat pendidikan, yakni ingin memberikan perubahan tingkah laku dan sikap peserta didik sesuai dengan tujuannya. Bahkan dalam teori belajar behavioristik, disebutkan bahwa manusia adalah homo mecanicus, yang berarti manusia berperilaku berdasarkan lingkungan, layaknya robot yang mengikuti perintah pemrogramnya, yakni lingkungannya sendiri. lingkungan dianggap menjadi stimulus, dan tingkah laku kita adalah respons terhadap stimulus tersebut. Media pembelajaran merupakan salah satu alat krusial yang dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran dan rahasianya adalah media ini mampu mengubah lingkungan. Suatu media pembelajaran yang baik mampu mengubah lingkungan pembelajaran sehingga menjadi lebih kondusif dan meningkatkan kualitas proses interaksi yang terjadi antara pendidik dan peserta didik. Berdasarkan beberapa eksposisi di atas, rasanya dapat disepakati bahwa lingkungan memegang peranan yang amat penting dalam menyukseskan pendidikan. Lingkungan pendidikan merupakah salah satu hal yang tidak boleh dilewatkan agar kita mampu menyelenggarakan pendidikan yang lebih baik. Berikut adalah berbagai pemaparan mengenai lingkungan pendidikan, mulai dari pengertian, jenis, hingga berbagai dampak yang bisa diberikannya. Pengertian Lingkungan Pendidikan Secara harfiah lingkungan dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang mengitari kehidupan, baik berupa fisik seperti alam jagat raya dengan segala isinya, maupun berupa nonfisik, seperti suasana kehidupan beragama, nilai-nilai, dan adat istiadat yang berlaku di masyarakat, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan yang berkembang, kedua lingkungan tersebut hadir secara kebetulan, yakni tanpa diminta dan direncanakan oleh manusia Nata, 2016, hlm. 290. Selanjutnya, menurut Sartain dalam Purwanto, 2017, hlm. 28 lingkungan adalah semua kondisi-kondisi dalam dunia ini yang dalam cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life processes kita kecuali gen-gen dan bahkan gen-gen dapat pula dipandang sebagai menyiapkan lingkungan bagi gen yang lain. Artinya, tingkah laku dapat diturunkan melalui gen di luar kondisi biologis kita. Ini juga memperkuat argumen bahwa sikap atau kepribadian seorang individu bukan atau tidak sepenuhnya diturunkan secara biologis dari orangtuanya, melainkan dari lingkungannya. Sementara itu, Surya 2020, hlm. 34 berpendapat bahwa lingkungan adalah segala hal yang merangsang individu, sehingga individu turut terlibat dan mempengaruhi perkembangannya. Perubahan perilaku atau tingkah laku yang ditunjukkan oleh individu adalah respons dari stimulus atau rangsangan dari lingkungan tersebut. Artinya, manusia adalah lingkungannya sendiri, sehingga lingkungan amatlah penting untuk dibangun menjadi sebaik mungkin agar individu dan masyarakat yang hidup di dalamnya ikut menjadi baik. Dapat disimpulkan bahwa lingkungan pendidikan adalah segala sesuatu yang mencakup iklim, geografis, adat istiadat, tempat tinggal, budaya, pengetahuan, dan segala hal baik fisik maupun nonfisik yang dapat mempengaruhi tingkah laku, pertumbuhan, dan perkembangan seseorang. Macam-Macam Lingkungan Pendidikan Secara sadar, seorang individu akan belajar dari orangtua, anggota masyarakat lain yang dituakan, saudara, hingga individu-individu lain yang berniat secara langsung mengajarkan sesuatu padanya, termasuk guru di sekolah. Namun secara tidak seseorang juga dapat belajar dengan mendapat informasi secara insidental dalam berbagai situasi sambil mengamati kelakuan orang lain, membaca buku, menonton televisi, mendengar percakapan orang dan sebagainya atau menyerap kebiasaan-kebiasaan dalam lingkungannya Nasution, 2014, hlm. 126. Berdasarkan uraian di atas, kita mendapati bahwa lingkungan merupakan sumber belajar sekaligus pengajaran yang terjadi secara tidak sengaja dan dilakukan secara tidak sadar. Dari uraian di atas juga kita dapat menyimpulkan bahwa bentuk atau jenis lingkungan amatlah beragam, baik keluarga, sekolah, maupun situasi sosial masyarakat di sekitar. Berkaitan dengan hal itu, Ki Hajar Dewantoro membedakan lingkungan pendidikan menjadi tiga dan dikenal sebagai Tri Pusat Pendidikan yang meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Berikut akan dijelaskan masing-masing lingkungan pendidikan tersebut. Lingkungan Keluarga Keluarga merupakan lingkungan sosial yang paling awal yang kemudian dilengkapi dengan lingkungan pendidikan di sekolah dan lingkungan masyarakat secara lebih luas. Beberapa ahli bahkan berpendapat bahwa perilaku manusia tidak diwariskan secara genetis. Seorang anak berperilaku seperti orangtuanya karena orangtua merupakan lingkungan terdekat dan terbanyak yang ia temui sehari-hari. Hal tersebut tentunya baru terjadi jika orangtua menjalankan perannya dengan baik dalam keadaan keluarga yang ideal. Keluarga merupakan satuan terkecil dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial dalam suatu masyarakat. Pada satuan keluargalah terbentuk tahap awal proses sosialisasi dan perkembangan individu Ramayulis, hlm. 147. Keluarga adalah masyarakat alamiah yang pergaulan di antara golongannya bersifat khas atau unik dari keluarga lainnya. Dalam lingkungan keluarga, pendidikan juga berlangsung dengan sendirinya sesuai dengan tatanan pergaulan khas yang berlaku di dalamnya. Dengan kata lain, setiap individu terutama anak akan mendapatkan penyesuaian perkembangan pertama yang nantinya akan dikembangkan di masyarakat maupun di sekolah. Terdapat beberapa karakteristik yang akan memengaruhi penyesuaian diri ini, yaitu Susunan keluarga, menyangkut besar kecilnya keluarga, siapa yang lebih berkuasa, jumlah anak, perbandingan anak perempuan, dan laki ā laki, dsb; Peranan, yakni bagaimana peranan sosial yang dimainkan oleh setiap anggota keluarga yang dipengaruhi oleh sikap dan harapan orang tua terhadap anaknya, faktor umur, jenis kelamin, dsb; Keanggotaan kelompok, yaitu sejauh mana anggota keluarga merasakan sebagai bagian dari kelompok; Kohesi keluarga, yaitu kekuatan pertautan ikatan antara anggota keluarga yang satu dengan yang lainnya Surya, 2020, hlm. 180. Berbagai aspek tersebut akan berpengaruh besar pada bagaimana pendidikan keluarga akan berjalan. Sebagian aspek dapat dan harus dimaksimalkan untuk menunjang pendidikan di lingkungan keluarga. Sebagian lagi mungkin amatlah tergantung pada situasi dan kondisi dari keluarga itu sendiri dan mungkin tidak dapat diubah secara signifikan. Lingkungan Sekolah Lingkungan sekolah adalah lingkungan di mana anak berada dalam lingkungan situasi belajar dan memiliki suasana, tanggung jawab, serta kebebasan yang berbeda dari lingkungan lain. Oleh karena itu, lingkungan ini sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang kecerdasan kognitif, keterampilan, dan kepribadian anak afektif. Lingkungan sekolah yang baik dapat mendukung tumbuh kembang anak untuk membentuk kedisiplinan belajar, kedisiplinan sekolah yang pada akhirnya akan tercermin pada kedisiplinannya sendiri pada lingkungan lain, termasuk lingkungan masyarakat dan industri kerja. Menurut Sukmadinata dalam Surya, 2020, hlm. 78, lingkungan sekolah meliputi Lingkungan fisik sekolah, meliputi suasana sekolah bising atau tidak, dsb, sarana dan prasarana belajar, sumber-sumber belajar, dan media belajar; Lingkungan sosial, menyangkut hubungan siswa dengan teman-temannya, guru-gurunya dan staf sekolah yang lain; Lingkungan Akademis, yaitu suasana pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan berbagai kegiatan ekstrakurikuler. Lingkungan sekolah yang kondusif, baik lingkungan fisik, sosial maupun psikologis dapat menumbuhkan dan mengembangkan motif untuk bekerja dengan baik dan produktif Surya, 2002, hlm. 78. Untuk itu, sebaiknya di sekolah diciptakan lingkungan fisik yang sangat baik yang dapat meliputi kebersihan ruangan, tata letak yang ideal, fasilitas lengkap, dan sebagainya. Lingkungan sosial dan psikologis sekolah pun amatlah penting untuk diperhatikan. Misalnya, sekolah harus mampu menghadirkan kehidupan antarpribadi yang harmonis, kehidupan kelompok yang rukupn, kepemimpinan yang tegas dan empati, serta memastikan adanya pengawasan, bimibingan, dan kesempatan untuk maju pada setiap individu dalam suasana yang kekeluargaan. Selain itu, lingkungan akademis harus dikondisikan karena merupakan lingkungan sekolah yang terlibat langsung dengan perkembangan potensi dan kompetensi peserta didik. Lingkungan akademis yang baik akan memastikan kegiatan belajar-megajar di sekolah berjalan dengan disiplin, tertib, dan sesuai dengan tujuan pembelajaran maupun tujuan pendidikan secara umum. Lingkungan Masyarakat Masyarakat diartikan sebagai sekumpulan orang yang menempati suatu daerah, diikat oleh pengalaman-pengalaman yang sama, memiliki sejumlah persesuaian dan sadar akan kesatuannya, serta dapat bertindak bersama untuk mencukupi krisis kehidupannya Hasbullah, 2015, hlm. 55. Lingkungan masyarakat merupakan lembaga pendidikan ketiga sesudah keluarga dan sekolah yang memiliki sifat dan fungsi yang berbeda dengan ruang lingkup dengan batasan yang tidak jelas dan keanekaragaman bentuk kehidupan sosial serta berjenis-jenis budaya. Lingkungan masyarakat yang baik akan memberikan pengaruh-pengaruh yang baik pada individunya. Misalnya jika masyarakat sekitar aktif mengadakan berbagai kegiatan positif seperti kerja bakti, karang taruna, pengajian, dsb. Namun demikian, jika lingkungan masyarakat kurang ideal dan dipenuhi bermacam pengaruh negatif, tentunya hal tersebut akan berisiko memberikan pengaruh negatif pula. Pengaruh positif dari lingkungan masyarakat adalah segala sesuatu yang membawa baik terhadap pendidikan dan perkembangan anak yaitu pengaruh-pengaruh yang menuju kepada hal-hal yang baik dan berguna bagi anak sendiri maupun baik dan berguna bagi bersama. Sedangkan pengaruh yang bersifat negatif merupakan pengaruh yang dari sisi jumlah biasanya tidak terlalu banyak, namun biasanya pengaruh negatif tersebut sangat mudah diterima oleh individu, terutama anak. Selain itu, keterkaitan lingkungan masyarakat pada pendidikan bisa dilihat dri tiga sisi, yang antara lain adalah sebagai berikut. Masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan, baik yang dilembagakan jalur sekolah dan jalur luar sekolah maupun yang tidak dilembagakan jalur luar sekolah. Lembaga-lembaga kemasyarakatan dan atau kelompok sosial di masyarakat, baik langsung maupun tak langsung, ikut mempunyai peran dan fungsi edukatif. Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber belajar, baik yang dirancang by design maupun yang dimanfaatkan utility Sadullah, 2015, hlm. 89. Referensi Hasbullah. 2015. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta Rajawali Press. Nata, Abuddin. 2016. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta Kencana Prenada Media Group. Nasution. 2014. Sosiologi Pendidikan. Jakarta Bumi Aksara. Purwanto, Ngalim. 2017. Psikologi Pendidikan. Bandung PT Remaja Rosdakarya. Sadullah, Uyoh. 2015. Pedagogik Ilmu Mendidik. Bandung Alfabet, 2015. Surya, Mohamad. 2020. Psikologi Guru Konsep dan Aplikasi. Bandung Alfabeta.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Keluarga merupakan lingkungan yang paling utama dalam kehidupan seorang anak. Pendidikan anak bukan berarti dimulai saat anak dimasukan ke sekolah, akan tetapi dimulai sejak ia lahir. Dimana rumah adalah sebagai sekolah pertama bagi anak. Rumah adalah suatu bangunan yang dijadikan sebagai tempat tinggal dalam jangka waktu tertentu dalam kehidupan manusia. Rumah harus menjamin kepentingan keluarga yaitu untuk tumbuh, berkembang, bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, dan lebih dari itu rumah harus memberi ketenangan, kebahagiaan dan kenyamanan pada segala peristiwa kehidupannya. Dirumah terdapat anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Masing-masing memiliki tugas dan tanggung jawab yang berbeda dan harus dilakukan demi terwujudnya keluarga yang harmonis,, rumah tangga yang aman damai dan sejahtera. Pendidikan pertama dimulai dari keluarga, biasa disebut sebagai Pendidikan Informal yang mana pendidikan informal dilakukan seseorang dari lingkungan keluarganya sendiri maupun lingkungan masyarakat. Oleh sebab itu sudah saatnya bagi masyarakat untuk mengubah pola pikir mereka terhadap pendidikan anaknya. Bukan hanya rumah yang menjadi tempat perlindungan dari panas dan hujan saja tetapi rumah sebagai sekolah pertama bukan berarti rumah yang memiliki banyak peraturan dan mengikat secara formal, akan tetapi rumah yang memiliki rasa kedamaian dan banyak pengetahuan di dalamnya. Orang tua juga harus menempatkan diri mereka sebagai guru utama bagi anaknya. Bukan hanya sebagai seorang yang selalu memberi penilaian kepada anaknya terhadap segala hal. Akan tetapi menjadikan diri mereka sebagai panutan serta pembimbing yang baik bagi anaknya. Dan juga menjadikan diri mereka sebagai sahabat yang baik bagi anaknya. Yang mengetahui segala aktifitas serta perasaan yang sedang dialami anaknya. Untuk itu, ada beberapa cara yang bisa dilakukan orang tua untuk mendidik anaknya. Pertama, Memberi Teladan Bukan Sekadar Contoh. Jika menginginkan anaknya baik dan saleh, maka sudah seharusnya orang tua mencontohkan sikap terbaik di depan anak-anaknya, karena bagaimanapun sikap anak tidak akan jauh dari apa yang ia lihat dari lingkungan sekitarnya. Maka dalam hal ini orang tua tidak cukup hanya memberikan contoh tetapi ia harus menjadi teladan bagi anaknya. Memberi keteladanan berarti melakukan hal tersebut setiap waktu, bukan hanya memberitahu, mengajarkan dan memberinya contoh sampai bisa lantas dibiarkan. Learn to know, learn to do, learn to Membentuk Karakter Bertanggung Jawab dengan Penugasan. Sebagian orang tua mungkin menganggap kasihan dan tidak tega jika anaknya diberi tugas untuk mengerjakan pekerjaan rumah, dan akhirnya ia akan menjadi anak manja dan malas bekerja. Memberikan kasih sayang bukan hanya dengan memanjakan, memberinya tugas juga bagian dari kepedulian orang tua terhadap anaknya agar ia terbiasa bertanggung jawab atas segala hal. Oleh karena itu, sebaiknya orang tua membiasakan memberi tugas ringan sebagai edukasi bagi anak. Contohnya, membiasakannya merapihkan mainan setelah Nasihat, Pelita dalam Gulita. Pemberian nasihat kepada anak baik secara langsung maupun tidak langsung sangat diperlukan dalam proses pendidikan, Nasihat bisa dijadikan sebagai pengingat dan juga tuntunan hidup. Maka sudah seharusnya orang tua menasihati anak-anaknya tanpa bosan dan tanpa lelah. Keempat, Hadiah atas Keberhasilan dan Hukuman atas Kesalahan. Memberikan hadiah saat anak berhasil dan memberi hukuman ketika anak salah juga menjadi salah satu metode yang bisa diterapkan dalam mendidik anak. Hadiah tersebut bisa berupa pujian ataupun benda yang bermanfaat sesuai kebutuhan dan kesukaan anak. Adapun hukuman yang dimaksud adalah hukuman yang mendidik seperti memberi tugas, beban kerja, atau megurangi uang jajan. Kedua hal tersebut bisa memotivasi anak agar selalu berbuat baik dan juga berhati-hati dalam bertindak agar tidak mengulangi kesalahan yang sama. Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa didalam proses mendidik anak keluarga merupakan elemen penting yang memiliki peran utama untuk kemajuan dan perkembangan kecerdasan anak. Baik dalam hal psikologi, spiritual dan intelektual. Maka maasing-masing anggota keluarga memiliki tugas dan tanggung jawab yang berbeda dan harus dijalankan sesuai dengan ketentuan yang ada, jika tugas dan tanggung jawab itu dijalankan dengan sebagai mana mestinya maka keluarga akan terbentuk keluarga yang harmonis sesuai dengan harapan baiti jannati rumahku surgaku.Dapat dikatakan juga pendidikan keluarga mempunyai arti penting sebagai wadah antara individu dan kelompok yang menjadi tempat pertama dan utama untuk anak bersosialisasi. Ibu, ayah, saudara adalah orang yang pertama bagi anak untuk mengadakan kontak dan tempat pembelajaran. Sedangkan Pendidikan utama yang paling penting diajarkan dalam keluarga adalah Pendidikan karakter, dan karakter Karakter kita terdiri dari kebiasaan-kebiasaan kita. Kebiasaan yang terbentuk semasa kanak-kanak dan remaja kerap bertahan hingga dewasa. Orang tua dapat mempengaruhi pembentukan kebiasaan anak mereka, dalam hal yang baik maupun yang dapat disimpulkan bahwa sebagai institusi pertama tempat berlangsungnya proses Pendidikan anak, maka orang tua sebagai penanggung jawab Pendidikan keluarga harus benar-benar dapat menyikapi kenyatan ini dengan benar dan mengkondisikan lingkungan keluarga dengan suasana Pendidikan. Pengkondisian ini dilaksanakan melalui pengajaran, pembiasaan, keteladanan yang bertujuan untuk membentuk Pendidikan utama yaitu Pendidikan karakter. Dengan adanya pengkondisian ini diharapkan anak-anak tumbuh dan berkembang sebagai manusia-manusia yang beradab, berpendidikan, dan berkarakter. InsyaaAllah dapat berguna bagi dirinya sendiri, agama, keluarga, dan masyarakat. Sehingga akan menjadi generasi yang berakhlaqul karimah. Lihat Humaniora Selengkapnya
ANGGI AFRIANSYAH, Peneliti Sosiologi Pendidikan di Pusat Penelitian Kependudukan BRIN Ki Hadjar Dewantara 2013 menyebut tiga arena penting pendidikan yaitu alam keluarga, alam perguruan, dan alam pemuda. Dalam pandangan KHD di dalam paparannya mengenai pendidikan keluarga disampaikan beberapa pesan penting yang masih relevan hingga kini. Pertama, anak-anak harus dibesarkan dalam suasana penuh cinta kasih. Dalam suasana cinta kasih, menurut KHD, hilanglah rasa murka, egoisme, dan hadir perasaan ikhlas. Dalam pandangannya, limpahan cinta kasih sangat berfaedah pada pendidikan kebatinan. Kesucian, keridhaan, keikhlasan dari orang tua menjadi pendidikan bagi anak sebab mereka akan merasakan rasa mengenai kewajiban, perhatian, dan rasa cinta kasih. Kedua, pendidikan tak boleh hanya disandarkan pada sekolah. Anak-anak harus mendapat kesempatan yang banyak berkumpul bersama keluarga. Pertama, anak-anak harus dibesarkan dalam suasana penuh cinta kasih. Ketiga, pendidikan keluarga menjadi penting untuk mendidik budi pekerti. Dalam pandangan KHD, suatu kesalahan ketika orang tua sepenuhnya menyerahkan berbagai hal ke sekolah. Ia menyebut pendidikan budi pekerti tidak bisa dilakukan sambil lalu. KHD menyebut, alam keluarga yang terpenting untuk pendidikan anak. Ilmu parenting ala KHD tampaknya perlu mendapat perhatian ekstra dari pengambil kebijakan maupun orang tua. Di era industrialisasi, terjadi pembagian peran signifikan yang dilakukan oleh sekolah untuk mendidik, alam keluarga menjadi cenderung dipinggirkan dalam proses pendidikan. Di masa pandemi awal, semua kembali kepada keluarga sebab sekolah ditutup. Orang tua berjibaku mendidik anak di rumah. Orang dewasa di rumah, aktif membantu pengerjaan tugas juga perkara teknis agar pembelajaran optimal. Ini terjadi saat orang tua memiliki pemahaman memadai tentang materi, teknis pembelajaran, dan keluangan waktu. Orang tua berjibaku mendidik anak di rumah. Orang dewasa di rumah, aktif membantu pengerjaan tugas juga perkara teknis agar pembelajaran optimal. Ada keluarga yang mendapat berkah terselubung di masa pandemi. Akibat perjumpaan intensif di rumah, ikatan di antara anggota keluarga erat. Ada banyak obrolan, menemani anak belajar, juga aktivitas menyenangkan lainnya. Antaranggota keluarga lebih saling memahami. Namun, ini tak dinikmati banyak keluarga. Ada keluarga yang meski bekerja dari rumah tetapi punya beban ekstra menyelesaikan pekerjaan. Sehingga anak-anak justru tidak terperhatikan meski mereka selalu bersama di rumah. Paling menderita, tentu mereka yang marginal. Orang tua mereka mendapat PHK, lapak berjualan harus ditutup karena minim pelanggan, pemotongan gaji, dan tertimpa hal buruk lain. Untuk tetap bertahan, mereka melakukan apa pun. Sudah jelas, anak-anak di rumah tak mendapatkan pendampingan memadai. Dukungan untuk keluarga Ketika seseorang memutuskan menikah maka pemahaman mengenai dunia pernikahan yang kompleks dan menuntut tanggung jawab perlu menjadi perhatian. Ketika pasangan memutuskan memiliki anak, harus memiliki kesadaran besar merawat dan mendidik anak-anak. Ketika seseorang memutuskan menikah maka pemahaman mengenai dunia pernikahan yang kompleks dan menuntut tanggung jawab perlu menjadi perhatian. Maka, meski berkeluarga sangat personal, pemerintah perlu lebih memberi dukungan terhadap proses terbentuknya keluarga yang solid. Perhatian pemerintah terhadap pendidikan keluarga menjadi lebih mendesak. Tentu bukan dengan membuat aturan yang merumitkan pengelolaan keluarga. Pada 2015 Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga, Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat, Kemendikbud merilis buku āRoadmap Pendidikan Keluarga Edisi Revisiā. Pada buku tersebut dipaparkan pentingnya kemitraan orang tua, kurikulum pendidikan keluarga, mekanisme pengembangan kemitraan orang tua dan satuan pendidikan, dan laman pendidikan keluarga yang dapat diakses masyarakat. Buku ini memaparkan upaya pemerintah membangun pendidikan di level keluarga. Namun catatan yang penting diperhatikan, desain yang dibangun ada pada ruang pendidikan keluarga yang ideal. Padahal saat ini terdapat ragam kompleksitas saat bicara tentang fakta keluarga. Pada posisi tersebut, situasinya lebih problematis. Orang tua tunggal dan anak-anak yang dibesarkan butuh dukungan dari orang di sekitarnya. Tidak semua keluarga harmonis dan dalam keadaan ideal untuk mendidik anak. Dalam banyak kasus, orang tua tunggal terutama perempuan mendapat stigma buruk saat memutuskan berjuang mendidik anak seorang diri. Pada posisi tersebut, situasinya lebih problematis. Orang tua tunggal dan anak-anak yang dibesarkan butuh dukungan dari orang di sekitarnya. Anak-anak yang terdidik baik mendapatkan pengasuhan di berbagai ruang pendidikan dengan baik. Tidak hanya itu, terpenuhinya kebutuhan dasar seperti sandang, papan, pangan bagi anak-anak, menjadi bagian yang tak bisa ditawar. Kembali menengok pendidikan keluarga adalah ikhtiar penting dalam mendidik anak-anak Indonesia.
Jalur pendidikan keluarga dan lingkungan disebut juga sebagai pendidikan? formal nonformal informal karakter kokurikuler Jawaban yang benar adalah C. informal. Dilansir dari Ensiklopedia, jalur pendidikan keluarga dan lingkungan disebut juga sebagai pendidikan informal. [irp] Pembahasan dan Penjelasan Menurut saya jawaban A. formal adalah jawaban yang kurang tepat, karena sudah terlihat jelas antara pertanyaan dan jawaban tidak nyambung sama sekali. Menurut saya jawaban B. nonformal adalah jawaban salah, karena jawaban tersebut lebih tepat kalau dipakai untuk pertanyaan lain. [irp] Menurut saya jawaban C. informal adalah jawaban yang paling benar, bisa dibuktikan dari buku bacaan dan informasi yang ada di google. Menurut saya jawaban D. karakter adalah jawaban salah, karena jawaban tersebut sudah melenceng dari apa yang ditanyakan. [irp] Menurut saya jawaban E. kokurikuler adalah jawaban salah, karena setelah saya coba cari di google, jawaban ini lebih cocok untuk pertanyaan lain. Kesimpulan Dari penjelasan dan pembahasan serta pilihan diatas, saya bisa menyimpulkan bahwa jawaban yang paling benar adalah C. informal. [irp] Jika anda masih punya pertanyaan lain atau ingin menanyakan sesuatu bisa tulis di kolom kometar dibawah.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Pendidikan karakter merupakan aspek penting dalam pembentukan pribadi anak yang berkualitas. Di dalam lingkup keluarga, peran orang tua atau anggota keluarga lainnya memiliki dampak yang sangat signifikan dalam membentuk karakter anak. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menyadari dan memahami betapa pentingnya pendidikan karakter di lingkungan saya keluarga adalah lingkungan pertama di mana anak memperoleh nilai-nilai, etika, dan perilaku yang mendasar. Orang tua adalah contoh pertama yang dilihat anak, dan mereka berperan sebagai model bagi perilaku dan sikap yang diadopsi oleh anak. Dalam lingkungan keluarga yang hangat dan mendukung, anak dapat belajar tentang kejujuran, kejuangan, kerja keras, empati, dan nilai-nilai lainnya yang penting dalam pembentukan merupakan tempat di mana anak-anak dapat belajar untuk berinteraksi sosial dengan orang lain. Dalam lingkungan keluarga, anak-anak dapat belajar tentang pentingnya kerjasama, saling menghargai, dan komunikasi yang efektif. Melalui interaksi sehari-hari dengan anggota keluarga, anak-anak dapat memperoleh keterampilan sosial yang esensial dalam membentuk karakter yang baik. keluarga pun memiliki peran penting dalam memberikan nilai-nilai moral kepada anak-anak. Dalam lingkungan keluarga yang stabil, anak-anak dapat memahami dan menerapkan prinsip-prinsip moral seperti integritas, rasa hormat, tanggung jawab, dan keadilan. Orang tua dapat mengajarkan anak-anak tentang pentingnya bertindak dengan jujur, memegang janji, dan memperlakukan orang lain dengan pendidikan karakter di lingkungan keluarga juga memerlukan kesadaran dan keterlibatan yang aktif dari orang tua. Orang tua harus menjadi panutan dan memberikan dorongan positif kepada anak-anak dalam pengembangan karakter mereka. Selain itu, komunikasi yang terbuka dan penuh kasih sayang antara anggota keluarga juga sangat penting dalam membangun fondasi yang kuat untuk pendidikan disimpulkan bahwa pendidikan karakter di lingkungan keluarga memegang peranan yang sangat penting dalam membentuk pribadi anak yang baik. Keluarga menjadi landasan utama di mana anak-anak memperoleh nilai-nilai, etika, dan perilaku yang mendasar. Oleh karena itu, orang tua perlu memahami peran dan tanggung jawab mereka dalam memperkuat pendidikan karakter anak-anak mereka. Dengan melibatkan diri secara aktif dan memberikan contoh yang baik, keluarga dapat menjadi basis yang kuat dalam membentuk karakter anak-anak dan membantu mereka tumbuh menjadi individu yang bertanggung jawab, jujur, dan yang dapat dilakukan orang tua untuk melakukan pendidikan karakter kepada anak dengan cara yang pertama dengan melakukan komunikasi terbuka kepada anak, orang tua dapat memiliki komunikasi yang terbuka dalam keluarga memungkinkan diskusi tentang nilai-nilai moral dan pentingnya pendidikan karakter. Diskusi ini dapat membantu mengklarifikasi nilai-nilai keluarga dan membangun pemahaman kedua dengan mencontohkan perilaku yang baik,orang tua dan anggota keluarga perlu menjadi contoh yang baik dalam perilaku dan tindakan sehari-hari, memperlihatkan nilai-nilai moral yang ingin diajarkan kepada anak-anak. Yang ketiga dengan adanya Pembelajaran melalui cerita dan pengalaman yang dilakukan dengan cerita akan pengalaman, atau contoh kehidupan nyata dapat membantu anak-anak memahami dan menginternalisasi nilai-nilai moral dengan cara yang lebih yang terakhir dengan melakukan pembelajaran berbasis tugas yang dimana orang tua harus memberikan tanggung jawab dan tugas kepada anak-anak dalam lingkungan keluarga dapat membantu mereka mengembangkan keterampilan seperti tanggung jawab, kerja keras, dan ketekunan. Lihat Lyfe Selengkapnya
pendidikan keluarga disebut juga pendidikan